Studi terbaru menampilkan bahwa seseorang dilahirkan guna tertawa karena tertawa ini naluriah walaupun ketika wujud bayi pasti menangis. Itu bukan pertama kalinya hamba menonton stand-up show Pandji. Saya pernah menyaksikan sinambung Mesakke Bangsaku di Penghasilan Aceh. Saya juga telah menonton DVD Mesakke Bangsaku berkali-kali. Namun saat memandang lagi show versi world tour di Beijing, uniform menarik diikuti.
Hal itu berarti ekspresi emosi tertawa dan tersenyum tidak butuh dipelajari tapi sudah berlangsung secara naluriah atau natural. Sedangkan suara lainnya diantaranya teriakan ketakutan dan sedan tangis kesedihan akan bertambah mudah ditebak ketika dijalani oleh orang yang bukan memiliki masalah pendengaran. Dan kemudian interpretasi emosi ini diputarkan di depan 25 orang-orang yang semuanya memiliki pendengaran normal. Ternyata diketahui jika hanya tertawa dan mendesah saja yang boleh diidentifikasi dari orang yang punya gangguan pendengaran. Berbagai tampang boleh ditunjukkan seseorang diantaranya tertawa, menangis, sedih / marah.
Oh setuju, selain menjajal masakan besar, di Beijing kami juga mencoba camilan-camilan unik khas sana. Di Wangfujing, saya mencoba tanghulu, manisan buah yang ditusuk mirip sate namun berukuran panjang dan besar.
Perjalanan pergi ke Mutianyu, salah satu tutul masuk ke Great Wall ditempuh selama 2 beker dari pusat kota Beijing. Setelah tahun lalu luang berkunjung ke Great Wall KW di Bukittinggi, walhasil saya kesampaian juga plesir ke Great Wall dengan asli. Walaupun cuma sejenang, tetapi puas deh dapat berkunjung ke salah satu tempat yang ditahbiskan sebagai situs warisan dunia oleh UNESCO ini.
Tidak cukup untuk mengeksplorasi memang kalau hanya 3 hari di sana. Tak banyak tempat yang kami kunjungi selama di sana. Kendala jarak turut yang bisa dibilang amat jauh antar tempat wisata dan terbatasnya waktu kita, membuat kami hanya luang berkunjung ke beberapa lokasi saja. Yang pasti gerangan ke Great Wall gak ketinggalan dong.

Bahkan, Pak Dubes dan istri serta Pak Asa dari Garuda Indonesia Beijing pun tergelak. Saya merasa Beijing ini kotanya besar banget.
Saya uniform tertawa fresh mendengar candaan Pandji yang sama. Hamba juga tetap merasa memo Pandji untuk lebih hirau pada Indonesia selalu datang ke penonton. Tapi tak Pandji jika tidak dapat memberi kejutan. Selalu tersedia materi baru yang dibawakan di setiap kota yang didatanginya.
Dan itu sukses membuat bukan hanya saya, tetapi juga para penonton terpingkal-pingkal memecahkan suasana Conference Hall Jinma Hotel sore itu. Pun begitu dengan penampilan sang opener, Krisna Harefa, sukses menghangatkan suasana.

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama